Beranda | Artikel
Teks Khotbah Jumat: Tutupi Aib Saudaramu, Apalagi Jika Dia Telah Bertobat!
2 hari lalu

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

 

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada para jemaah sekalian. Marilah senantiasa kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan apa-apa yang dapat mengantarkan kita ke dalam api neraka. Dengan ketakwaan inilah, wahai jemaah sekalian, Allah akan memberikan hidayah dan taufik kepada kita sehingga diri kita dapat membedakan kebaikan dan keburukan, serta dijauhkan dari kesalahan dan dosa. Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu furqan (taufik untuk membedakan yang baik dan buruk). Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal: 29)

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Allah Subhanahu wa Taa’la memerintahkan kita untuk saling menutupi aib sesama kaum muslimin terlebih lagi jika pelakunya sudah bertobat kepada Allah Ta’ala. Sungguh ini merupakan akhlak yang mulia, dengannya kehormatan saudara seiman kita terjaga, dan dengannya pula persatuan dan ukhuwwah Islamiyah di antara kita terbangun.

Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya melarang orang-orang mukmin untuk mencari-cari kesalahan dan aib orang lain, karena hal ini merupakan langkah awal untuk membuka aibnya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. (Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa), dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menguatkan hal ini di dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam utangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah  akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya (HR. Muslim no. 2699)

Begitu banyak juga dalil-dalil  yang menunjukkan peringatan keras serta ancaman keras bagi mereka yang suka mencari dan membuka aib orang lain. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.(QS. An-Nur: 19)

Dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah naik mimbar, lalu menyeru dengan suara keras,

يا معشرَ من أسلمَ بلسانهِ ولم يُفضِ الإيمانُ إلى قلبهِ ، لا تُؤذُوا المسلمينَ ولا تُعيّروهُم ولا تَتّبعوا عوراتهِم ، فإنه من يتبِعْ عورةَ أخيهِ المسلمِ تتبعَ اللهُ عورتَهُ ، ومن يتبعِ اللهُ عورتهُ يفضحْه ولو في جوفِ رحلهِ

Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya, namun tidak beriman dengan hatinya! Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkan mereka, dan janganlah kalian mencari-cari aib mereka. Sesungguhnya barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya, maka Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang Allah mencari-cari aibnya, niscaya Allah akan membongkar aibnya di tengah rumahnya sendiri.” (HR. Tirmidzi no. 2032)

Jemaah yang dirahmati Allah Ta’ala, hanya saja ada satu kondisi di mana kita diperbolehkan untuk menceritakan dan membuka keburukan seseorang, yaitu apabila orang tersebut melakukan maksiat secara terang-terangan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتي مُعافًى إلَّا المُجاهِرِينَ

“Seluruh umatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang terang-terangan (dalam berbuat dosa).” (HR. Buhari no. 6069 dan Muslim no. 2990)

Para ulama berkata, “Adapun orang yang terang-terangan (bermaksiat) tanpa memiliki rasa malu, maka dianjurkan untuk tidak menutupi aibnya, bahkan hendaknya memperingatkan orang-orang lain agar waspada dan menjauhinya. Dan hendaknya urusannya diangkat kepada hakim agar ia menjatuhkan hukuman yang layak baginya.”

Menutupi aib orang semacam ini akan mendorongnya untuk berbuat lebih banyak kerusakan dan kemaksiatan. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Imam Ahmad rahimahullah, “Jika seseorang terang-terangan melakukan kefasikan, maka tidak ada gibah baginya.”

Imam Ahmad rahimahullah juga berkata, “Tidak ada kehormatan dan ikatan hubungan bagi orang yang minum khamr dan melakukan perbuatan keji secara terang-terangan dan terbuka.

An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah memberikan penjelasan tambahan bahwa gibahnya (membicarakan aibnya) hanya pada apa yang ia lakukan secara terang-terangan saja, dan orang-orang lain diperingatkan untuk menjauhi interaksi dan urusan dengannya, baik dengan memutus hubungan, tidak berbicara dengannya, tidak mengunjunginya, atau tidak mengucapkan salam kepadanya. Sehingga menimbulkan efek jera kepadanya. (Kitab Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 1: 255)

Begitu juga dibedakan antara aib pribadi yang tidak membahayakan orang lain secara umum dengan kejahatan atau kemaksiatan publik yang dampaknya merugikan masyarakat luas dan memerlukan penindakan hukum, seperti pencurian, penipuan, dan lain sebagainya. Maka hal tersebut dilaporkan kepada pihak berwajib demi kemaslahatan umum. Namun niatnya tetap harus untuk mencegah kejahatan dan menegakkan keadilan, bukan untuk mempermalukan atau membuka aib.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.

Ada beberapa hal yang dianjurkan bagi setiap muslim ketika ia mengetahui aib saudaranya,

Pertama: Muhasabah, introspeksi diri, dan fokus memperbaiki aib dan kekurangan diri kita sendiri, sehingga kita tersibukkan dari menyebarluaskan aib dan kekurangan orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طُوْبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوْبِ النَّاسِ

Beruntunglah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri sehingga tidak sempat mencari aib orang lain. (HR. Al-Bazzar no. 1539 dengan sanad yang hasan)

Kedua: Menasihati saudara kita tersebut secara empat mata. Jika aib tersebut berkaitan dengan kemaksiatan atau pelanggaran syariat, hendaknya menasihati orang tersebut secara pribadi, dengan hikmah dan tanpa harus menyakiti perasaan dan menjatuhkan martabatnya. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

تعمدني بنصحك في انفرادي . وجنبْني النصيحة في الجماعهْ .فإن النصح بين الناس نوع. من التوبيخ لا أرضى استماعهْ . وإن خالفتني وعصيت قولي. فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ

“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk suatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku, maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.” (Diwan Asy-Syafi’i, hal. 56)

Ketiga: Mendoakan kebaikan untuknya. Jika kita mendapati aib saudara kita, maka doakanlah agar orang tersebut bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Karena sejatinya, hidayah hanyalah milik Allah Ta’ala.

Keempat: Mengedapankan prasangka baik dan menjauhkan prasangka buruk. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda,

إيَّاكُمْ والظَّنَّ، فإنَّ الظَّنَّ أكْذَبُ الحَديثِ

“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhari no. 5143 dan Muslim no. 2563)

Hendaknya seorang muslim mencarikan kemungkinan-kemungkinan baik dan uzur bagi saudara muslim lainnya terhadap perbuatannya selama masih memungkinkan. Muhammad bin Manazil rahimahullah berkata,

الْمُؤْمِنُ يَطْلُبُ مَعَاذِيرَ إِخْوَانِهِ ، وَالْمُنَافِقُ يَطْلُبُ عَثَرَاتِ إِخْوَانِهِ

“Seorang mukmin itu mencarikan uzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu selalu mencari-cari kesalahan saudaranya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 7: 9508)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menutupi aib kita di dunia dan akhirat, serta menjadikan kita masyarakat yang penuh dengan kedamaian dan kebaikan.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

اللَّهُمَّ انصر إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/106714-teks-khotbah-jumat-tutupi-aib-saudaramu-apalagi-jika-dia-telah-bertobat.html